Kamis, 03 Mei 2012

Pengorbanan Seorang Ibu


Saat saya sedang membuat kue, tiba-tiba saya teringat akan curahan hati seorang ibu yang tidak perlu saya sebutkan namanya. Kemudian saya mengingat akan apa yang sudah ibu saya berikan untuk saya. Saya akan menceritakan sedikit cerita tentang seorang ibu.

Kisah 1

Seorang ibu tiba-tiba bercerita kepada saya tentang masalah anaknya. Ibu ini adalah seorang pedagang. Dia menjual segala macam sembako dan juga beberapa macam keperluan rumah tangga lainnya. Beliau bercerita bahwa dahulu, beliau sempat tertimpa musibah. Rumahnya terbakar, dan seluruh dagangannya habis terbakar yang tersisa hanya beberapa puing rak yang terbuat dari besi yang kemudian beliau gunakan kembali untuk membuat rak baru. Akibat dari kejadian tersebut, beliau mengalami kerugian puluhan juta rupiah. Sementara mata pencahariannya hanyalah sebagai seorang pedagang, tentu saja hal ini membuatnya terhenti untuk mencari uang.

Ibu ini pun berusaha mencari modal kembali dengan meminjam uang dari beberapa kerabat, dan tetangga. Puluhan juta beliau butuhkan untuk membangun kembali warungnya dan membeli beberapa dagangan sebagai modal awal dari dagangannya.

Singkat cerita, seiring mulai berjalannya bisnisnya tersebut, tanggal jatuh tempo peminjaman uang ke beberapa kerabat dan tetangganya pun tiba. Namun, beliau tidak dapat mengembalikan uang mereka. Maka, dengan berbagai alasan, ia mencoba mengulur waktu pengembalian uang.

Beliau mempunyai seorang putri tunggal yang masih kuliah di sebuah perguruan negri ternama di Jakarta. Dan untuk biaya kuliah anaknya ini, tentulah memakan uang yang tidak sedikit. Namun, ibu ini tidak pernah mengeluh. Apa pun beliau lakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan anak semata wayangnya tersebut.

Begitu putrinya lulus, putrinya pun akhirnya bekerja di sebuah perusahaan asing dengan gaji yang cukup besar jika dilihat dengan background-nya sebagai fresh graduate. Semakin putrinya sukses, semakin jarang lah putrinya membantu ibunya di warung. Bahkan saat ini, putrinya tersebut tidak pernah menginjakkan kakinya di warung ibunya tersebut. Sang Ibu tidak mengeluh. Hal ini, dikarenakan kasih sayangnya yang begitu besar kepada putrinya sehingga beliau pun tidak mengeluhkan masalah ini.
Suatu hari anaknya pun menikah. Bertambah pula biaya yang harus beliau keluarkan untuk pernikahan anak semata wayangnya tersebut. Ibu ini pun rela mengorbankan uang yang seharusnya menjadi modal dagangannya untuk membiayai pernikahan putrinya ini. Dan Alhamdulillah, sesuai dengan keinginannya, acara pernikahan putrinya pun berjalan dengan lancar.

Begitu anaknya berumah tangga, Sang Ibu pun kembali dirongrong oleh kerabat dan tetangganya untuk segera membayar hutangnya tersebut. Ibu ini pun kebingungan. Karena uangnya tak kunjung terkumpul untuk membayar hutangnya. Akhirnya ibu ini pun berinisiatif menjual mobil dan rumahnya untuk menutupi hutangnya. Karena harganya tidak cocok, beliau pun akhirnya bercerita kepada putrinya berharap putrinya tersebut membantunya menyelesaikan masalahnya tersebut.

Putrinya  pun akhirnya mengambil keputusan untuk membantu ibunya melunasi hutang-hutangnya tersebut. Namun dia memberikan persyaratan kepada ibunya bahwa dia tidak bisa memberikan uang kepada ibunya sebagai modal, karena uangnya sudah terpakai untuk melunasi hutang ibunya tersebut. Sang Ibu pun terdiam. Beliau berkata dalam hati, “Dulu kamu minta apa pun selalu aku berikan tanpa berpikir panjang. Segala apa pun aku upayakan untukmu. Namun mengapa sekarang kamu berhitung kepada ibumu? Padahal aku tidak pernah sekali pun berhitung kepadamu”. Dan perlu diingat adalah, ternyata rumah yang saat ini dihuni oleh ibu dan bapaknya suatu saat akan menjadi milik putrinya tersebut. Saya dalam hati hanya bisa berkata, ”Wow! Lalu apa gunanya suami putrinya itu????”. Dan sekarang, Sang ibu pun akhirnya hanya bisa pasrah dan mengikhlaskan perlakuan putrinya ini.

Kisah 2

Sama dengan kisah pertama. Kisah kedua adalah kisah seorang ibu yang bermata pencaharian sebagai pedagang juga. Hanya saja barang dagangannya berupa sayur-sayuran.

Suatu hari ibu ini bercerita bahwa anaknya sudah 2 tahun tidak membayar uang sekolah. Pihak sekolah sudah beberapa kali menegurnya. Namun apa daya, Sang Ibu belum mampu melunasinya.

Setiap hari beliau berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya untuk mencari sesuap nasi dengan berjualan sayur. Setiap hari pula beliau harus bertarung dengan beratnya gerobak yang didorongnya dan teriknya sinar matahari yang selalu menyengat. Namun, setiap hari pula, ada saja pelanggannya yang berhutang padanya, sehingga uang yang seharusnya beliau dapatkan setiap harinya tidak didapatnya.

Jika sayuran yang dijualnya tidak habis, Sang Ibu pun mengambil barang dagangannya yang tidak mampu bertahan lama untuk dimasak. Jika tidak, terpaksa beliau memberikan beberapa kepada pelanggan dengan cuma-Cuma hanya agar menghindari barang dagangannya membusuk.

Tahukah kalian bahwa pelanggan yang berhutang kepadanya tidak hanya orang-orang yang memiliki penghasilan dibawah rata-rata????? Banyak dari ibu-ibu yang seharusnya masih dikategorikan orang mampu pun berhutang kepadanya. Entah apa yang mereka pikirkan sehingga mereka tega berbuat demikian, sementara mereka mampu memesan junk food via delvery. Namun, Sang ibu hanya bisa sabar dan pasrah demi tidak kehilangan pelanggan.

Miris rasanya mendengar kisah dari kedua ibu tersebut. Saya hanya mampu tersenyum untuk membuatnya tetap tegar. Tidak ada kata lain selain “sabar” yang mampu saya ucapkan kepada mereka. Ingin menangis namun tak sanggup. Dan kemudian saya pun teringat kepada ibu saya. Ya, Ibu selalu berusaha memenuhi kebutuhan saya dengan berbagai cara. Segala upaya beliau lakukan untuk saya. Keringatnya yang berjatuhan dan keletihan di wajahnya tidak mampu saya balas kepadanya. 

Ya Allah, jika boleh saya meminta, ijinkan saya memberikan apa pun yang mampu saya berikan kepada ibu saya. Ijinkan saya membahagiakan hatinya. Ijinkan saya memberikan yang beliau butuhkan dan menggantikan apa saja yang sudah dikeluarkan untukku. Dan jika aku lupa akan kerja kerasnya, tolong ingatkan aku. Jangan biarkan aku lupa kepadanya ya Allah. Jangan biarkan aku membiarkannya sendirian. Jangan biarkan aku membuatnya bersedih karena sikapku. Ingatkan aku ya Allah. Ingatkan aku selalu! Amin Amin Amin ya Rabbal alamin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar