Kamis, 10 Mei 2012

Si Cemong

Saya punya anak kucing bernama Cemong. Warnanya yang unik dan motif bulunya yang tidak beraturan membuat saya terinspirasi untuk memberi nama Cemong padanya. Dia satu-satunya anak kucing berjenis kelamin betina. Dan [mungkin] karena satu-satunya kucing betina inilah dia sering menjadi sasaran kejailan dari saudara-saudaranya yang berjenis kelamin jantan. Tempat dia tidur pun tidak menentu. Karena warnanya inilah membuat dia sulit untuk ditemukan.

Suatu malam Cemong tidak terlihat batang hidungnya. Dicari dimana-mana tidak ada. Dipanggil pun dia belum mengerti kalau namanya adalah Cemong. Maklum lah dia masih kecil. Sampai tiba-tiba terdengar suara anak kucing di luar rumah. Saya sempat mendengarnya berteriak, seketika itu juga saya langsung membuka pintu, karena memang biasanya anak-anak kucing saya kalau mau masuk ke dalam rumah pasti memberi kode. Tapi begitu pintu saya buka, tidak ada satu pun yang terlihat di depan pintu. Akhirnya saya tutup lagi.

Beberapa menit kemudian terdengar lagi suara anak kucing di luar rumah. Ibu pun langsung panik. Saya diutusnya untuk mencari sumber suara tersebut, karena takut-takut itu suara Cemong. Saya pun akhirnya mencari sumber suara tersebut di luar. Takut Cemong tercebur ke dalam got, makanya saya mencarinya dipinggir got.

Ibu pun demikian. Namun, karena sudah malam, dan warna bulu Cemong yang gelap, membuat kami sulit menemukannya. Akhirnya saya kembali ke dalam untuk mengambil handphone. Saya nyalakan feature senter untuk membantu saya mencari Si Cemong. Tiba-tiba mata saya tertuju ke sebrang jalan. Saya menemukan anak kucing berwarna belang. Saya langsung menghampiri anak kucing tersebut dan mengecek apakah itu Cemong atau bukan. Ternyata kakiny hitam, sama dengan milik Cemong. Saya pun segera membawanya ke dalam rumah.

Tanpa pikir panjang lagi saya langsung memandikannya. Mengeringkan bulunya dengan hairdryer, kemudian memberinya makan. Lahap sekali dia makan. Saya pun jadi tidak tega melihatnya. Tidak lama kemudian, salah satu saudara dari Cemong, yaitu Cuplis, datang. Seketika itu juga, bulu-bulu Cuplis berdiri melihat makhluk [yang saya duga adalah] Cemong ini. Mereka pun marah satu sama lain. Saya bingung. Lalu Ibu pun berseru, "Kuningnya mana.. kuningnya? Coba kamu cek kakinya ada kuningnya gak?". "Ini bener Cemong kok. itu kakinya item. Cemong kan kakinya item," ujar saya mulai ragu. Saya pun kembali ke depan laptop sambil membawa makhluk kecil ini dalam balutan kain. Makhluk ini pun tertidur di pangkuan saya. Sementara saya mencari foto Cemong yang saya simpen di folder kumpulan foto kucing saya.

Yak saya menemukan foto itu! Kemudian saya cek bagian-bagian yang menjadi keunikan dari Cemong. Tidak ada!!! Tapi saya tidak mau menyerah. Sampai akhirnya Induk dari anak-anak ini pun datang. Si Induk ini yang bernama Unyil pun memanggil anak-anaknya. Daaaaaaaaannnnn tiba-tiba terdengar suara anak kucing loncat dari arah dapur yang ternyata itu adalah CEMONG!!!

"Nah kan! Apa Ibu bilang," ujar Ibu sambil tertawa. "Mau kamu apain anak kucing itu? Kayaknya ada orang yang buang anak kucing di depan rumah kita soalnya rumah kita banyak kucing."
"Ya Ayik balikin lah ke tempat semula," jawabku sambil membawa anak kucing itu keluar.
"Tapi untung ya kamu udah mandiin, udah ngangetin, udah kasih makan kucing yang kelaperan," ujar Ibu lagi.
"Iya,"jawabku singkat.

Hahahahahahahaaha saking sayangnya dan takutnya terjadi apa-apa dengan Cemong saya bisa sampe salah liat begini. Kok bisa siiiiiihhh???!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar