Minggu, 22 Februari 2015
Tertukarnya Budaya Yogjakarta dan Surakarta
Mengapa Perbedaan Suku Bangsa Sering Menjadi Penghalang
Dua insan saling jatuh cinta. Mereka berasal dari suku yang berbeda. Jawa dan Sunda. Ada yang bilang, "Orang jawa tidak boleh menikah dengan orang sunda". Karena konon katanya orang jawa lebih "tua" dibandingkan dengan orang sunda. Hmmm.. Benarkah itu???
Perbedaan suku terkadang menjadi sebuah kendala dalam pernikahan. Jangan kan suku, masih satu suku pun terkadang terkendala karena adanya hubungan persaudaraan antar marga. Tapi ini hanya terjadi di Indonesia. Entah mengapa, percaya atau tidak, meskipun larangan ini berasal dari nenek moyang mereka, mereka tetap tidak bisa melanggarnya. Padahal, mereka tidak mengerti alasannya.
Coba kita telaah lagi, mengapa orang tua kita melarang kita menikah dengan suku tertentu.
Orang jawa, pada umumnya menginginkan anak turunnya mendapatkan orang jawa juga. Apa mungkin karena tidak ingin rantai silsilah mereka terputus? Tidak. Bukan demikian. Larangan itu ada karena perbedaan adat istiadat saja.
Mungkin di sini saya mencoba menceritakan pengalaman pribadi saya.
Saya terlahir dari keluarga ningrat jawa. Tittle saya sebagai seorang bangsawan jawa, tentu saja memberatkan saya dalam mencari pasangan. Orang tua saya memang bukan orang yang memaksakan putra-putrinya mendapatkan seorang bangsawan jawa pula. Tetapi tetap saja mereka mengharapkan putra-putrinya mendapatkan orang jawa.
Setelah beberapa kali saya mencoba menjalin hubungan, yang pertama ditanyakan ibu saya (terutama) adalah "Dia orang jawa bukan?". Terkadang masalah kecil seperti ini bisa membuat kami bertengkar. Bagaimana tidak, saya ini terlahir di era modern. Saya sudah tidak memikirkan lagi yang namanya gelar kebangsawanan yang saya dapat.
Tapi berulang kali saya menjalin hubungan dengan suku lain, selalu saja berakhir putus. "Mungkin karena orang tua tidak merestui", pikir saya. Sampai akhirnya saya menjalin hubungan dengan bangsawan jawa yang saya kenal. Dua kali saya menjalin hubungan dengan bangsawan jawa yang berbeda, selalu berakhir menyakitkan. Attitude yang selama ini dijunjung tinggi oleh orang jawa malah tidak saya temukan di dalam diri mereka. Saya pun menjadikan ini alasan, bahwa perbedaan suku bukan halangan. Semua bergantung kepada pribadi masing-masing individu.
Kemudian saya bertemu dengan pasangan saya yang berasal dari bangsawan sunda. Bukan rahasia umum lagi kalau antara suku jawa dan sunda terdapat konflik bathin yang tidak beralasan. Namun, karena attitude pasangan saya baik, tanpa sungkan lagi ibu saya langsung mengatakan, "Naaaahh, kamu harusnya dapet yang kayak giniii". Dan kami pun mulai menjalin hubungan.
Empat tahun lamanya kami menjalin hubungan. Awalnya kami belum benar-benar memahami kebiasaan keluarga kami satu sama lain. Sampai saat itu tiba. Pasangan saya pun melamar saya. Mau tidak mau, saya harus mempelajari kebiasaan keluarga pasangan saya ini.
Ternyata memang benar. Banyak sekali perbedaan antara dua suku ini. Hal yang dianggap tabu dalam tradisi jawa, dianggap wajar dalam tradisi sunda. Hal yang dianggap wajib dalam tradisi jawa, dianggap tidak wajib dalam tradisi sunda. Sempat terjadi konflik antara kedua keluarga kami. Tapi tugas kami di sini adalah menjembatani antara kedua keluarga dengan suku yang berbeda.
Setelah mengalami banyak hal dalam persiapan pernikahan kami ini, saya mulai mengerti, mengapa orang tua dulu melarang anak turunnya menikah dengan orang yang berbeda suku. Yah, kembali lagi kepada adat istiadat dan tradisi. Memang sulit sekali menyatukan dua hal yang sangat berbeda, apalagi jika sudah menyangkut tentang tradisi. Yang masih satu suku saja sulit, apalagi ini yang jelas berbeda suku.
Jadi teman, ketika orang tua kalian melarang kalian untuk menjalani hubungan dengan orang yang berbeda suku, pahamilah bahwa mereka tidak ingin putra putrinya mengalami kesulitan. Bukan mereka ingin merendahkan suku lain. Tapi menyatukan adat istiadat yang berbeda itu sangat sulit. Namun, tetap saja bergantung pada pribadi masing-masing individu.
Ingat! "Orang baik akan mendapatkan orang baik. Orang yang tidak baik akan mendapatkan orang yang tidak baik".
Tari - Reza
Kamis, 19 Februari 2015
Pendopo Anjungan D.I Yogjakarta Taman Mini Indonesia Indah
Pendopo Anjungan D.I. Yogjakarta TMII |
Buat kalian yang sedang mencari gedung untuk acara pernikahan, tidak usah diambil pusing, di Taman Mini Indonesia Indah semua gedung bisa disewakan untuk acara pernikahan. Termasuk anjungannya. Untuk harganya, setiap gedung tarifnya berbeda. Tergantung pada fasilitas yang ditawarkan. Nah, di sini saya akan fokus membahas tentang Anjungan D.I. Yogjakarta.
Pada saat nikah kemaren, saya mengadakan acara pernikahan di Anjungan D.I. Yogjakarta. Bentuk bangunannya menyerupai pendopo di Keraton Yogjakarta. Dengan dibalut ukiran cantik berwarna hijau, dan lampu gantung klasik yang dibuat sama persis dengan yang ada di Keraton Yogjakarta. Untuk ruang rias pengantin disediakan khusus dengan diberikan fasilitas AC dan Kamar mandi di dalam ruangan. Sedangkan ruang rias keluarga, dibangun seperti kediaman kerabat keraton. Kamar mandi pun ada di dalam ruangan. Untuk sewa gedungnya murah kok. Jika acaranya siang hari, sewa gedung hanya Rp 5.000.000,- saja. Sedangkan jika acaranya malam hari, dikenakan tarif Rp 7.500.000,-. Kita juga bisa menggunakan AC tambahan, per-AC dikenakan tarif Rp 250.000,-.
Untuk cateringnya, pihak anjungan memiliki 2 rekanan. Pada waktu itu saya ditawari Catering Pasar Minggu. Saya rekomendasikan, pilih lah catering ini! Service dan dekorasinya memuaskan. Kita dibiarkan mengutarakan mau kita. Dekorasinya pun dibuat sesuai konsep. Masalah rasa, jangan ditanya deh! Semua tamu saya puas dan berkomentar, "Makanannya enak semua!". Jumlah makanan sesuai dengan yang kita minta. Tidak ada kecurangan yang sering dilakukan oleh beberapa pihak catering pada umumnya. Makanan dibereskan jika acara benar-benar sudah selesai. Masalah kebersihan pun, terjamin. Pihak catering juga selalu mengecek kekurangan kita apa saja.
Bahkan masalah tiket pun, mereka mau membantu. Oh iya, masalah tiket, tiketnya murah kok. Untuk tamu per orang hanya Rp 5.000,- saja. Tiket untuk panitia diberikan gratis oleh pihak TMII.
Pokoknya recommended lah! Mereka juga memiliki rekanan untuk perias pengantin dan wedding photography. Namun, jika kalian ingin ambil dari luar, mereka tidak keberatan. Saya waktu itu menggunakan perias dan photografer dari luar. Untuk wedding photoraphy, saya menggunakan Dimas Andrianto Photography. Jika ingin informasi lebih lengkapnya, saya akan berikan secara terpisah. Bagus kok hasilnya! Tarifnya juga disesuaikan dengan budget kita. Namun, jika kita menggunakan wedding photography dari luar, kita akan dikenakan charge sebesar Rp 250.000,-. Tarif ini akan diakumulasikan ke dalam tarif sewa gedung.
Pokoknya kalian pasti puas deh! Ok deh, sudah malam nih. Waktunya istirahat. Semoga informasi dari saya berguna untuk para pembaca. Semangat terus yaaaa!